Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Senja Di Matamu

Senja di matamu, aku menyukainya. Ketika kita sama-sama terdiam untuk menikmati indahnya langit kala itu. Mentafakurkan semua yang terlintas dibenak kita masing-masing. Kembali terdiam untuk mengagumi ciptaanNya.

Pekan Lara

Begitulah jadinya. Pekan ini aku mempelajari banyak hal. Bahwa sesungguhnya kita harus merasakan kehilangan untuk tahu bagaimana rasanya memiliki. Harus merasakan sedih untuk tahu bahagia. Merasakan pahit untuk tahu manis. Untuk belajar lebih ikhlas mencintai apapun. Belajar bersyukur terhadap apa yang kita dapatkan sekarang.    Pertama. Jumat kemarin adalah hari yang menyakitkan bagiku. Bagaimana tidak, lelayu yang tersebar mengabarkan teman seperjuangan telah tiada. Begitu cepat, batinku. Maka ketika saat itu tiba tiada yang bisa menolak atau berpaling sedikitpun. Aku kembali diingatkan untuk selalu bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan olehNYA. Semoga engkau tenang disisiNYA. Kedua. Tiga teman seperjuangan harus pindah untuk merangkai cita-citanya di kota lain. aku bangga pada mereka, juga sedih karena harus berpisah. Ini adalah jalan yang diridhoiNYA, maka harus kita percayai. Asal tetap bisa berkomunikasi dan bertemu, tak masalah bagiku. Jalan berbeda, tapi tujua

Jurang

Perjalanan pulang ke rumah terkadang membutuhkan waktu yang lama, melewati jalan berliku bahkan karena satu dua hal, tergelincir ke jurang juga menjadi rintangan. Bagiku, semua rintangan itu mau tak mau harus kita lewati sebab itulah perjuangan untuk sampai ke rumah sesungguhnya. Tak masalah tersesat atau jatuh ke jurang yang dalam dan gelap itu, namun setelah sadar, cepat bangkit dan mencari peta untuk keluar. Ketika kita tergelicir, tak perlu sepenuhnya menyalahkan jurang disana. Mungkin salah satu sebabnya adalah karena kesalahan kita sendiri, perlengkapan perjalanan yang kurang misalnya. Semua perjalanan itu anggap sebagai pelajaran hidup, bahwa terjatuh atau berada di tempat yang salah memang tidak menenagkan dan menyenangkan. Serta untuk sampai rumah memang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan. Selalu ingat bahwa rumah pasti menunggu kita untuk pulang. Bagiku, bagaimanapun kita nanti, rumah adalah tempat yang selalu dapat memahami dan menerima kita apa adanya. Pun sebaliknya.

Catatan Rahasia

Februari sudah berlalu, namun agaknya produktivitasku dalam menulis berkurang. Padahal jika dilihat dari agenda bulan Februari, bisa dibilang tidak padat bahkan terlalu selo, kata orang Jawa. Setelah kupikir-pikir, bulan kedua tahun 2018 aku habiskan dengan me time , katanya. Me time  ku yang ini berbeda dari m e time  ku yang lalu. Jika biasanya  Me Time  ku juga banyak dihabiskan dengan menulis--maksud tulisan disini adalah laporan praktikum HAHA. Walau tak seberapa, yaaa setidaknya belajar menulislah ya wkwkwk. Namun, bulan ini me time  ku dihabiskan dengan baca buku (tak seberapa) dan istirahat alias tidur. Sedikit menyesal, tapi juga harus disyukuri. Bagaimanapun waktu luang juga suatu kenikmatan yang haqiqi dan harus digunakan salah satunya dengan beristirahat. Lamanya waktu beristirahat membuatku--kasarnya--sedikit dangkal dalam menulis. Buktinya, ketika temen-temen Bidang PIP ada proker yang namanya, Arisan Literasi aku malah tak memanfaatkannya. Hingga batas waktu pengumpu

Putih Abu-Abuku

Ada sebagian orang menghabiskan waktu luangnya untuk membaca buku, online, menonton film, atau melakukan hal lainnya. Terkadang aku termasuk yang keempat–melakukan hal lainnya–yang aku lakukan adalah melihat foto zaman dulu. Terdengar membosankan atau bahkan kurang kerjaan. Namun bagiku, itu adalah hal yang mengasikan. Sekedar melepas rindu pada kenangan-kenangan masa lalu. Masa lalu adalah sesuatu yang membuat kita menjadi seperti saat sekarang. Tak peduli berapa lama menghabiskan waktu untuk melihat foto zaman dulu–aku menyukainya. Dari foto-foto lama, kita bisa mengingat kembali, “Ohh iya, aku dulu pernah begini dan begitu.” Setelah itu mengoreksi diri dan kembali tengelam dalam eforia masa lalu. Kata orang, masa yang paling berkesan adalah saat kita memakai seragam putih abu-abu. Setelah kupikir adalah benar adanya. Ini terbukti dari file foto-fotoku yang paling banyak ketika aku memakai seragam putih abu-abu–itu yang tersimpan, kurang tahu berapa banyak foto yang sudah

Sulit Menemukannya (Lagi)

Mungkin ada sebagian kecil dari kehidupan kita yang akan sulit kita temukan (lagi). Ketika kita kecil, kita sering jajan didepan sekolah hingga jajanan tersebut (mungkin) menjadi jajanan favorit. Namun sekarang ketika kita datang ke sekolah, kita hanya bisa mengenang betapa nikmatnya jajanan tersebut. Entah itu karena penjualnya tidak berdagang lagi atau tetap ada namun rasanya berbeda sebab bukan penjual lama yang menyajikan. Semakin dewasa kita, maka akan semakin banyak kenangan yang akan dan harus kita ingat. Entah itu sebagai pelajaran ataupun hanya untuk mengetahui apa rasanya rindu. Seperti sekarang ini aku merindukan lingkar pertemananku. Benar kata orang-orang, bahwa seorang akan dipertemukan dengan orang yang sama dengannya. Entah itu tingkah lakunya, hobbinya, atau bahkan visi-misinya. Sebab dengan kesamaan itulah kita tidak akan pernah habis bahan pembicaraan–pun aku merasakannya selama ini. Ketika dulu kita memang sering bertemu, begitu banyak hal yang kita bicarak