Langsung ke konten utama

Pekan Lara

Begitulah jadinya. Pekan ini aku mempelajari banyak hal. Bahwa sesungguhnya kita harus merasakan kehilangan untuk tahu bagaimana rasanya memiliki. Harus merasakan sedih untuk tahu bahagia. Merasakan pahit untuk tahu manis. Untuk belajar lebih ikhlas mencintai apapun. Belajar bersyukur terhadap apa yang kita dapatkan sekarang. 
 
Pertama. Jumat kemarin adalah hari yang menyakitkan bagiku. Bagaimana tidak, lelayu yang tersebar mengabarkan teman seperjuangan telah tiada. Begitu cepat, batinku. Maka ketika saat itu tiba tiada yang bisa menolak atau berpaling sedikitpun. Aku kembali diingatkan untuk selalu bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan olehNYA. Semoga engkau tenang disisiNYA.

Kedua. Tiga teman seperjuangan harus pindah untuk merangkai cita-citanya di kota lain. aku bangga pada mereka, juga sedih karena harus berpisah. Ini adalah jalan yang diridhoiNYA, maka harus kita percayai. Asal tetap bisa berkomunikasi dan bertemu, tak masalah bagiku. Jalan berbeda, tapi tujuan kita sama. Insyaallah, berkah.

Bagiku, dua berita diatas tidak bisa terhindarkan dan merupakan suatu keniscayaan. Bahwa dalam hidup manusia banyak yang datang dan pergi. Entah datang untuk kebahagiaan atau cobaan. Entah pergi untuk kembali atau selamanya. Serta kita, harus terus seperti ini–menerima dan ikhlas. 

Menerima kedatangan orang-orang baru dalam hidup kita. Untuk kemudian kita sambut dengan baik–siapa sangka besok ia menjadi sahabat kita. Ikhlas terhadap apa-apa yang meninggalkan kita. Untuk kemudian kita ambil hikmah atas kedatangannya. Bagiku yang menyedihkan adalah kita tak bisa melakukan keduanya dengan baik–menerima dan ikhlas. Tidak bisa membuka diri untuk teman-teman baru dan belum ikhlas karena ditinggalkan.
Harapan baru mulai muncul. Harapan lama tak mau ucul.
Namun apapun yang terjadi saat ini, aku harus bisa menghadapinya. Menghadapi keadaan dan menghadapi hari esok yang masih menjadi misteri. Hal yang istimewa bagiku, bisa dipertemukan dengan orang-orang baik dan hebat, di lingkungan yang baik. Serta yang bisa aku lakukan adalah selalu belajar mencintai orang-orang sekitarku dan bersyukur atasnya. Dan terakhir, aku menyadari bahwa untuk menumbuhkan rasa sayang terhadap sesuatu tak perlu waktu lama.



 Untuk yang terkasih, Bidang Organisasi PD IPM Kota Yogyakarta

Foto terakhir bareng Zull, Audra, & Oase

Sebelum negara api menyerang

Rapat bidang pertama pasca Pleno 2
Oase Aulia Amjad
Audra Imanissa Taufik
Zulfatah Fadhlurrahman
M. Fadhlullah Kh.Tq
Arham Aminush Shidqi 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istirahat

Minggu ini mungkin adalah minggu yang menegangkan. Bagaimana tidak, setelah sebelumnya berkutat dengan materi-materi Ujian Tengah Semester (UTS) kini mahasiswa direpotkan dengan nilai Ujian Tengah Semester (UTS). Ada yang merasa puas dan ada juga yang merasa kurang. Entah kurang nilainya atau kurang dalam usahanya. Namun, sejauh ini aku pribadi menganggap bahwa Ujian Tengah Semester (UTS) adalah ajang melihat kemampuan diri. Kemampuan diri apakah kita tetap seperti dulu atau tidak, maksudnya adalah apakah kita tetap tidak jujur terhadap diri sendiri dan orang lain; melawan godaan. Apakah kita tetap menggunakan cara lama, dalam hal ini teknik menghafal materi atau memahami materi lalu kita kembangkan. Apakah kita sungguh-sungguh dalam mempersiapkan Ujian Tengah Semester (UTS). Dan kita bisa melihat mata kuliah apa yang harus kita beri perhatian lebih. Bisa saja dengan adanya Ujian Tengah Semester (UTS) atau ujian-ujian yang lain kita bisa mengetahui. “Oh, saya kurang dalam memaha

Ohh Desember

Tak ada yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Namun, setiap bulan pasti mempunyai cerita masing-masing yang meninggalkan kesan. Setelah November kemarin menumpahkan air dan hembusan angin yang begitu kencang, hingga meninggalkan sayatan kecil. Kini Desember memberikan sedikit mentarinya untuk merasakan begitu hangatnya ia. Sebab Desember selalu meninggalkan banyak harapan dan semoga. Sampai-sampai kadang aku terbuai dibuatnya, tapi terlepas dari semua itu. Aku ingin berterimakasih kepada Desember karena kau selalu kunanti dan kurindukan. Berkat Desember, aku selalu belajar bagaimana sepantasnya aku hidup dan telah melakukan apa untuk hidupku juga orang disekitarku. Hari ini, aku memilih sendiri dan menjauhkan diri dari dunia luar. Bukan karena aku tak mau membuka diri dan berkata, “Terimakasih doanya.” Tapi aku memilih untuk mengoreksi diri. Bertanya kepada diri sendiri, “Kau ini sebenarnya siapa? Apakah kamu dibutuhkan? Telah melakukan apa?” dan banyak pertanyaan yang muncul