Langsung ke konten utama

"Kamu Nggak Sendirian"

 


"Hidup itu nggak cukup sendirian, kita selalu butuh orang2 sekitar". Kira-kira kalimat kyk gitu yg sering aku denger dari mamak. Maklum anaknya yg ini lebih suka ngelakuin banyak hal sendirian karena takut ngerepotin orang lain. Bahkan mamak takut klo anaknya ini kuper aka kurang pergaulan. Sebenernya temen banyak, tapi temen deket bisa diitung jari.


Sampe di bulan Januari kemarin, aku ke dokter dan disaranin dua hari lagi oprasi. Aku bingung harus ngubungin siapa dulu, yg pertama terlintas di kepalaku ya mamak. Sepulang dari RS, aku VC mamak & kuberitahu. Akhirnya keluarga Pak Radis jadi heboh wkwk. Sebenernya saat itu aku nggak ada perasaan takut sama sekali dan malah aku masih bisa hahahihi sambil menenagkan mamak. Mamak bilang hari di mana aku dioprasi harus ada yg nemenin. Kubilang, tenang ada. Mamak nggak percaya karena sebelumnya aku bilang bisa sendiri. Mamak marah, sampai akhirnya aku sebut nama2 temanku yg kemungkinan bisa membersamaiku--Atim, Ahim, Gita dan Khanza. Mamak sedikit tenang.


Aku sama sekali nggak nyangka klo aku mau dioprasi karena merasa baik2 aja. Hari H aku dioprasi, perasaanku biasa aja masih bisa tertawa hahahihi bareng Atim Ahim yg nemenin dari pagi. Atim yg dari pagi nemenin aku cek segala macem sebelum oprasi waktu itu aku masih santai2 aja. Lihat aja foto yg aku pake baju hijau itu diambil h-beberapa menit aku  dibawa ke ruang oprasi.


Tapi, suasana hatiku berubah ketika udah di ruang oprasi menunggu giliran. Kanan kiriku juga orang yg mau dioprasi terus melafalkan doa--aku juga ikut doa. Masuk ruang oprasi, suasana hati campur aduk. Aku takut. Aku dibius beberapa saat kemudian tubuhku merasakan dingin menusuk hingga tulang, kakiku rasanya seperti kesemutan. Aku dioprasi. Aku sadar tapi yg kurasain hanya dingin sekujur tubuh. Aku takut. Aku nangis.


Setelah oprasi, aku nggak boleh turun dari ranjang selama 24 jam. Beneran aku ngerasa kyk bayi😭 Yg paling kusyukurin adalah ada temen2ku yg selalu ada buat aku. Nggak cuma jagain tapi ngurus aku. Bener2 ngurus aku. Ganti gantian😭❤️


Bersyukur banget punya mereka--semoga mereka juga bersyukur punya aku😭😂


Makasih buat Gita, Khanza, Atim, Ahim yg waktu sibuknya udah nyempetin utk nemenin, jagain, ngurus, dan hibur aku wktu sakit. Gita & Khanza yg udah mau nginep di RS, tidurnya nggak nyenyak karena kupanggil-panggil mau ini itu, makasih yaaa. Tanpa kalian saat itu paling aku kebingungan dan ga tau harus gmna, gais😭


Aku nginep di RS nggak lama. Pulang dari RS aku dianter sma Ahimsa. Pulang istirahat dan buka YouTube nemu MV ini (Huh Yunjin of Le Sserafim - Raise Your G_lass).

Aku nangis, itu kutonton berkali-kali. Mungkin saat itu Ahimsa yg disampingku nggak sadar kalau aku nangis karena lagi meeting. Aku nangis karena waktu itu aku merasa tanpa orang2 sekitarku kyknya aku nggak bakal bisa ngapa2in deh.


Sejak setelah oprasi, hari-hari itu aku terus terusan mikir dan punya tekad gini:

Aku bakal terus berusaha selalu ada buat temen2ku saat bahagianya & sedihnya; berusaha jadi temen yg bisa diandelin; dan yg paling2 aku bertekad adalah terus bisa jaga hubungan baik ini🤗❤️


Menjaga hubungan baik dgn situasinya, ketulusannya, kepercayaannya, temenku merasa aman ketika bercerita denganku pun sebaliknya krna saling percaya, dll.


Bener kata mamak, hidup itu nggak bisa sendirian. Kita butuh orang2 sekitar buat saling menguatkan, saling mengandalkan, saling membersamai, saling berbagi cerita, dll.


Awalnya aku beneran nggak mau posting apapaun tentang aku sakit. Tapi malem ini aku kepikiran nulis ini. Kalau dilihat sekarang alhamdulilah aku udh baik2 aja. Pekan kemarin malah ikut lomba badminton 😂 Cuma emng masih sering kontrol. Resolusiku tahun ini jadi orang yg rajin olahraga, makan teratur, tertib sma diri sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pekan Lara

Begitulah jadinya. Pekan ini aku mempelajari banyak hal. Bahwa sesungguhnya kita harus merasakan kehilangan untuk tahu bagaimana rasanya memiliki. Harus merasakan sedih untuk tahu bahagia. Merasakan pahit untuk tahu manis. Untuk belajar lebih ikhlas mencintai apapun. Belajar bersyukur terhadap apa yang kita dapatkan sekarang.    Pertama. Jumat kemarin adalah hari yang menyakitkan bagiku. Bagaimana tidak, lelayu yang tersebar mengabarkan teman seperjuangan telah tiada. Begitu cepat, batinku. Maka ketika saat itu tiba tiada yang bisa menolak atau berpaling sedikitpun. Aku kembali diingatkan untuk selalu bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan olehNYA. Semoga engkau tenang disisiNYA. Kedua. Tiga teman seperjuangan harus pindah untuk merangkai cita-citanya di kota lain. aku bangga pada mereka, juga sedih karena harus berpisah. Ini adalah jalan yang diridhoiNYA, maka harus kita percayai. Asal tetap bisa berkomunikasi dan bertemu, tak masalah bagiku. Jalan berbeda, tapi tujua

Istirahat

Minggu ini mungkin adalah minggu yang menegangkan. Bagaimana tidak, setelah sebelumnya berkutat dengan materi-materi Ujian Tengah Semester (UTS) kini mahasiswa direpotkan dengan nilai Ujian Tengah Semester (UTS). Ada yang merasa puas dan ada juga yang merasa kurang. Entah kurang nilainya atau kurang dalam usahanya. Namun, sejauh ini aku pribadi menganggap bahwa Ujian Tengah Semester (UTS) adalah ajang melihat kemampuan diri. Kemampuan diri apakah kita tetap seperti dulu atau tidak, maksudnya adalah apakah kita tetap tidak jujur terhadap diri sendiri dan orang lain; melawan godaan. Apakah kita tetap menggunakan cara lama, dalam hal ini teknik menghafal materi atau memahami materi lalu kita kembangkan. Apakah kita sungguh-sungguh dalam mempersiapkan Ujian Tengah Semester (UTS). Dan kita bisa melihat mata kuliah apa yang harus kita beri perhatian lebih. Bisa saja dengan adanya Ujian Tengah Semester (UTS) atau ujian-ujian yang lain kita bisa mengetahui. “Oh, saya kurang dalam memaha

Ohh Desember

Tak ada yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Namun, setiap bulan pasti mempunyai cerita masing-masing yang meninggalkan kesan. Setelah November kemarin menumpahkan air dan hembusan angin yang begitu kencang, hingga meninggalkan sayatan kecil. Kini Desember memberikan sedikit mentarinya untuk merasakan begitu hangatnya ia. Sebab Desember selalu meninggalkan banyak harapan dan semoga. Sampai-sampai kadang aku terbuai dibuatnya, tapi terlepas dari semua itu. Aku ingin berterimakasih kepada Desember karena kau selalu kunanti dan kurindukan. Berkat Desember, aku selalu belajar bagaimana sepantasnya aku hidup dan telah melakukan apa untuk hidupku juga orang disekitarku. Hari ini, aku memilih sendiri dan menjauhkan diri dari dunia luar. Bukan karena aku tak mau membuka diri dan berkata, “Terimakasih doanya.” Tapi aku memilih untuk mengoreksi diri. Bertanya kepada diri sendiri, “Kau ini sebenarnya siapa? Apakah kamu dibutuhkan? Telah melakukan apa?” dan banyak pertanyaan yang muncul