Langsung ke konten utama

Hujan Malam


Bulan lenyap,
bintang apalagi.
Disini hanya ada awan mendung
dilapisi langit yang gelap gulita.
Air yang selama  ini bersembunyi dibalik awan
ragu-ragu untuk jatuh, "Jatuh nggak ya", katanya

Yang penuh akhirnya tumpah juga.
Air dibalik awan itu akhirnya memilih untuk jatuh.
Hujan, namanya.
Setelah jatuh, ia kembali bertanya pada diri sendiri, 
"Aahhh untuk apapula aku jatuh?! Ini kan malam hari, tak ada ada orang yang bisa kubuat basah!"

Awan dan langit bersekongkol menertawakan Hujan.
Mereka bilang, "Makanya Jan, kalo jatuh mikir-mikir dulu! Hahaha"


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pekan Lara

Begitulah jadinya. Pekan ini aku mempelajari banyak hal. Bahwa sesungguhnya kita harus merasakan kehilangan untuk tahu bagaimana rasanya memiliki. Harus merasakan sedih untuk tahu bahagia. Merasakan pahit untuk tahu manis. Untuk belajar lebih ikhlas mencintai apapun. Belajar bersyukur terhadap apa yang kita dapatkan sekarang.    Pertama. Jumat kemarin adalah hari yang menyakitkan bagiku. Bagaimana tidak, lelayu yang tersebar mengabarkan teman seperjuangan telah tiada. Begitu cepat, batinku. Maka ketika saat itu tiba tiada yang bisa menolak atau berpaling sedikitpun. Aku kembali diingatkan untuk selalu bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan olehNYA. Semoga engkau tenang disisiNYA. Kedua. Tiga teman seperjuangan harus pindah untuk merangkai cita-citanya di kota lain. aku bangga pada mereka, juga sedih karena harus berpisah. Ini adalah jalan yang diridhoiNYA, maka harus kita percayai. Asal tetap bisa berkomunikasi dan bertemu, tak masalah bagiku. Jalan berbeda, tapi tujua

"Kamu Nggak Sendirian"

  "Hidup itu nggak cukup sendirian, kita selalu butuh orang2 sekitar". Kira-kira kalimat kyk gitu yg sering aku denger dari mamak. Maklum anaknya yg ini lebih suka ngelakuin banyak hal sendirian karena takut ngerepotin orang lain. Bahkan mamak takut klo anaknya ini kuper aka kurang pergaulan. Sebenernya temen banyak, tapi temen deket bisa diitung jari. Sampe di bulan Januari kemarin, aku ke dokter dan disaranin dua hari lagi oprasi. Aku bingung harus ngubungin siapa dulu, yg pertama terlintas di kepalaku ya mamak. Sepulang dari RS, aku VC mamak & kuberitahu. Akhirnya keluarga Pak Radis jadi heboh wkwk. Sebenernya saat itu aku nggak ada perasaan takut sama sekali dan malah aku masih bisa hahahihi sambil menenagkan mamak. Mamak bilang hari di mana aku dioprasi harus ada yg nemenin. Kubilang, tenang ada. Mamak nggak percaya karena sebelumnya aku bilang bisa sendiri. Mamak marah, sampai akhirnya aku sebut nama2 temanku yg kemungkinan bisa membersamaiku--Atim, Ahim, Gita dan K

Perkenalanku Dengan Muhammadiyah

Aku bukan dari keluarga Muhammadiyah, perkenalanku dengan Muhammadiyah bermula dari SMA. Berhubung aku sekolah di SMA Muhammadiyah 2 Jogja secara otomatis pasti belajar tentang kemuhammadiyahan. Beruntungnya aku punya keluarga yang menerapkan sistem demokrasi. Jadi bebas mau aktif di mana. Melalui sekolah inilah, aku jadi ikut dua ortom Muhammadiyah--IPM dan TS. TS tempat yang paling asik untuk olahraga, ketawa mulu, belajar tentang kerja keras, harus latihan terosss. Di TS cuma sampe sabuk kuning melati 2. Setelah lulus SMA, aku sempet ikut TS lagi, tapi cuma sampe semester 2 perkuliahan. Kangen TS.  IPM aku bertemu sama orang-orang pinter, kece badai, literasinya oke, jadi pewe bgt di sini karena bisa cerita macem-macem, mulai dari hal remeh temeh sampe abott. Setelah lulus SMA, aku tetep ikut IPM sampe sekarang. Waktu itu ada yang tanya, "Kenapa masih ngurusin IPM padahal udah mahasiswa? Kenapa nggak gabung IMM?" Saat itu aku sedikit bingung, karena menurutku apa salahnya