Aku bukan dari keluarga Muhammadiyah, perkenalanku dengan Muhammadiyah bermula dari SMA. Berhubung aku sekolah di SMA Muhammadiyah 2 Jogja secara otomatis pasti belajar tentang kemuhammadiyahan. Beruntungnya aku punya keluarga yang menerapkan sistem demokrasi. Jadi bebas mau aktif di mana.
Melalui sekolah inilah, aku jadi ikut dua ortom Muhammadiyah--IPM dan TS. TS tempat yang paling asik untuk olahraga, ketawa mulu, belajar tentang kerja keras, harus latihan terosss. Di TS cuma sampe sabuk kuning melati 2. Setelah lulus SMA, aku sempet ikut TS lagi, tapi cuma sampe semester 2 perkuliahan. Kangen TS. IPM aku bertemu sama orang-orang pinter, kece badai, literasinya oke, jadi pewe bgt di sini karena bisa cerita macem-macem, mulai dari hal remeh temeh sampe abott. Setelah lulus SMA, aku tetep ikut IPM sampe sekarang.
Waktu itu ada yang tanya, "Kenapa masih ngurusin IPM padahal udah mahasiswa? Kenapa nggak gabung IMM?" Saat itu aku sedikit bingung, karena menurutku apa salahnya ya? Trus aku tanya sama orang lain, sama mikir juga, akhirnya nemu jawaban. Kenapa? Ya karena untuk "mencetak" seorang mahasiswa yang berkualitas, masa-masa dia pelajar juga penting kan?
Sore ini aku ikut Webinar Anak Panah, salah satu pematerinya ada Buya Syafii Maarif. Tentu tujuanku ikut Webinar ini untuk bakar semangat bermuhammadiyah khususon beripm yang udah mulai redup. Selama ini Muhammadiyah aku selalu diajarkan tentang jangan malu jemput bola, percaya diri dulu, salah nggak papa besok diperbaiki.
Buya Syafii menyapaikan bahwa sebagai generasi muda harus punya wawasan mendunia. Kuasai banyak bahasa, para pahlawan kita terdahulu banyak menguasai bahasa. Sebut saja seperti Tan Malaka yang setidaknya menguasi 8 bahasa. Kemudian tentang membaca, Buya berpesan bahwa sesibuk apapun kita harus luangkan waktu untuk membaca. Membaca apapun, buku, artikel, berita karena itu agar pikiran terbuka.
Buya Syafii satu dari banyak tokoh Muhammadiyah yang banyak keteladanan jika di dekatnya. Selalu bersyukur bisa kenal Muhammadiyah dan aktif di dalamnya, walau kontribusiku kurang banget. Berkat Muhammadiyah juga aku jadi bisa kenal banyak orang yang keren-keren, seperti Buya Syafii. Kedepannya aku pengen tetep aktif di muhammadiyah, entah ikut ortomnya atau aktif mendukung muhammadiyah.
Komentar
Posting Komentar