Langsung ke konten utama

Cerita Perjalanan Sampai Jogja

Pertama aku seneng banget bisa punya keluarga yang menerapkan sistem demokrasi. Setelah lulus SMP aku dibebaskan mau lanjut sekolah mana, catatannya waktu itu asal jangan ke luar negeri (belum mampu bos wkwk). Pilihannya pun terserah di aku. 


Masih inget nggak, dulu waktu SD sekitar tahun 2010-an di Indosiar setiap jam 04.00 bulan Ramadhan pasti ada program tentang Sekolah/Pondok Pesantren? Setiap episodenya aku catat nama sekolahnya, alamatnya di mana, eskulnya apa aja, bahkan catatan itu masih ada sampe sekarang. Setelah lulus SD aku udah ngomong mau sekolah di Jawa. Jawabannya waktu itu tentu saja nggak boleh dan keluarga waktu itu bilang SMA aja baru ke Jawa.


Tentu dengan persetujuan itu, ketika aku lulus SMP, punya prinsip sekolah selanjutnya harus setidaknya di luar kota. Terus pertanyaannya sekarang mau sekolah di mana? Untungnya di jaman itu udah ada yang namanya internet, dimana-mana ada yang namanya warnet--satu jam 3 ribu. Aku mencari informasi tentang sekolah di Lahat dan Jogja. Kalau di Lahat aku pengennya sekolah di SMAN4 Lahat. Kalau di Jogja aku belum punya gambaran, akhirnya berselancar di google pakai keywords, "Sekolah di jogja", "Sekolah Islam di jogja", sampai "Sekolah Islam yang ada asrama di jogja".


Untuk mengisi kekosongan setelah UN, aku coba daftar di SMAN1 Pagar Alam dan keterima. Tapi tujuanku bukan di sana. Aku daftar SMAN4 Lahat, tes di Lahat dan nggak di terima. Sebelumnya mamak bilang, kalau di Lahat nggak diterima berarti memang jalanmu di Jogja.


Berbekal informasi yang kudapat dari mbah google, aku mencatat SMA-SMA di jogja yang ada asramanya. Saat itu yang muncul di google yang paling kuingat sekolah dengan asrama ada MUHI, MUHA. Tapi sebelum berangkat ke jogja aku harus udah yakin mau berlabuh ke mana. Saat itu kutetapkan di SMA Muhammadiyah 2 Jogja dan keterima.


Aku seneng banget bisa milih sekolah sendiri dan menyelesaikannya. Selama 3 tahun di Muha pun aku banyak mengenal tentang Muhammadiyah. Seneng bisa aktif di dua ortom Muhammadiyah--IPM dan TS. Di PR IPM belajar tentang organisasi, public speaking, mencoba berani ambil keputusan, coba nerima kritik saran. Ohh dari IPM ini juga aku baru tau, ternyata temen-temenku ngerasa aku kalo ngomong ngegas. Padahal emang gini aja wkwk. Di satu evaluasi kegiatan, temenku bilang, "Ririn tu kalo ngomong suka ngegas, jadi kerja sama enggak enak, rasanya disuruh-suruh." Waah makdekk aku.

Dari TS aku belajar tentang kerja keras, konsisten untuk latihan, belajar sabar nerima setiap gerakan yang diajarkan. Hal yang paling seru di TS waktu ada lomba sama kenaikan tingkat. Asik bangett. Waktu kenaikan tingkat, jalan tengah malem, tarung, ke kuburan wkwk. Waktu lomba, berhubung aku ngambil seni bela dirinya, jadi setiap hari harus latihan, didandani waktu lomba. Gapapa nggak menang-menang juara 1. Gapapa dikecewain. Tapi lingkungan di TS sangat-sangat menyenangkan, penuh ketawa-tiwi, capek ga kerasa. Aaaa kangen TS, ksngen orang-orangnya, kangen suasananya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istirahat

Minggu ini mungkin adalah minggu yang menegangkan. Bagaimana tidak, setelah sebelumnya berkutat dengan materi-materi Ujian Tengah Semester (UTS) kini mahasiswa direpotkan dengan nilai Ujian Tengah Semester (UTS). Ada yang merasa puas dan ada juga yang merasa kurang. Entah kurang nilainya atau kurang dalam usahanya. Namun, sejauh ini aku pribadi menganggap bahwa Ujian Tengah Semester (UTS) adalah ajang melihat kemampuan diri. Kemampuan diri apakah kita tetap seperti dulu atau tidak, maksudnya adalah apakah kita tetap tidak jujur terhadap diri sendiri dan orang lain; melawan godaan. Apakah kita tetap menggunakan cara lama, dalam hal ini teknik menghafal materi atau memahami materi lalu kita kembangkan. Apakah kita sungguh-sungguh dalam mempersiapkan Ujian Tengah Semester (UTS). Dan kita bisa melihat mata kuliah apa yang harus kita beri perhatian lebih. Bisa saja dengan adanya Ujian Tengah Semester (UTS) atau ujian-ujian yang lain kita bisa mengetahui. “Oh, saya kurang dalam memaha...

Ohh Desember

Tak ada yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Namun, setiap bulan pasti mempunyai cerita masing-masing yang meninggalkan kesan. Setelah November kemarin menumpahkan air dan hembusan angin yang begitu kencang, hingga meninggalkan sayatan kecil. Kini Desember memberikan sedikit mentarinya untuk merasakan begitu hangatnya ia. Sebab Desember selalu meninggalkan banyak harapan dan semoga. Sampai-sampai kadang aku terbuai dibuatnya, tapi terlepas dari semua itu. Aku ingin berterimakasih kepada Desember karena kau selalu kunanti dan kurindukan. Berkat Desember, aku selalu belajar bagaimana sepantasnya aku hidup dan telah melakukan apa untuk hidupku juga orang disekitarku. Hari ini, aku memilih sendiri dan menjauhkan diri dari dunia luar. Bukan karena aku tak mau membuka diri dan berkata, “Terimakasih doanya.” Tapi aku memilih untuk mengoreksi diri. Bertanya kepada diri sendiri, “Kau ini sebenarnya siapa? Apakah kamu dibutuhkan? Telah melakukan apa?” dan banyak pertanyaan yang muncul ...

Menyelami Masa Lalu

Banyak yang telah terlewat dan nggak sempat aku abadikan, baik melalui tulisan maupun foto. Setelah sekian lama, akhirnya tadi aku mulai untuk mengirimkan tulisanku lagi. Belajar nulis lagi dari awal. Setelah kupikirkan ternyata mengabadikan momen dan mencurahkan sudut pandang kita itu penting. Selain untuk menyimpan memori juga untuk mengingat kita "dulu" seperti apa atau bahkan untuk melihat perubahan yang ada pada diri kita. Setelah menyelesaikan tulisan sampai jam 3 subuh. Aku terbangun dan mulai melihat diriku yang dulu seperti apa dengan menelusuri diriku di media sosial mulai dari twitter, fb, ask fm, sampai pinterest. Melalui kegiatan itu yang aku dapatkan adalah ternyata diriku yang dulu dengan sekarang ada banyak perubahan dan nggak banyak kesamaan. Kesamaan aku yang dulu dan sekarang adalah wajah nggak banyak berubah, tapi cara menggunakan jilbab yang berubah.  Waktu SMP ternyata aku pakai jilbab bisa maju banget, selain itu juga banyak mencoba model jilbab. Kemudi...