Langsung ke konten utama

Ohh Desember

Tak ada yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Namun, setiap bulan pasti mempunyai cerita masing-masing yang meninggalkan kesan. Setelah November kemarin menumpahkan air dan hembusan angin yang begitu kencang, hingga meninggalkan sayatan kecil. Kini Desember memberikan sedikit mentarinya untuk merasakan begitu hangatnya ia. Sebab Desember selalu meninggalkan banyak harapan dan semoga. Sampai-sampai kadang aku terbuai dibuatnya, tapi terlepas dari semua itu. Aku ingin berterimakasih kepada Desember karena kau selalu kunanti dan kurindukan.

Berkat Desember, aku selalu belajar bagaimana sepantasnya aku hidup dan telah melakukan apa untuk hidupku juga orang disekitarku. Hari ini, aku memilih sendiri dan menjauhkan diri dari dunia luar. Bukan karena aku tak mau membuka diri dan berkata, “Terimakasih doanya.” Tapi aku memilih untuk mengoreksi diri. Bertanya kepada diri sendiri, “Kau ini sebenarnya siapa? Apakah kamu dibutuhkan? Telah melakukan apa?” dan banyak pertanyaan yang muncul dikepala kecilku ini.

Selain itu terpintas rasa rindu juga bersalahku. Rindu kepada keluargaku, terutama orang tuaku juga rasa bersalahku kepada mereka (orang tua), terkadang lupa menghubungi atau bahkan hanya berkirim pesan, “Aku baik-baik saja, tak usah khawatir.” Ahh, aku rindu kalian! Sialnya, air mata tak pernah meminta izin, ia selalu berlinang begitu saja ketika mengingat kalian. Mengingat kejadian-kejadian kecil yang aku rindukan dengan kalian, mengingat romantisnya waktu bersama kalian tanpa tau kabar teknologi, mengingat makan malam bersama obrolan kecil. Pokoknya aku rindu!

Akupun yakin kalian juga merindukanku. Maka rindu ini kukirimkan lewat angin malam, semoga tersampaikan. Terimakasih mamak telah melahirkan aku di dunia hingga dapat melihat indahnya dunia. Meski aku tahu, dunia memang tak seindah itu. Dunia terlalu kejam, katanya. Perihal dunia kejam atau tidak, aku pikir itu hanya masalah persepsi kita saja. Bagaimana kita memaknai hidup dan bagaiman kita menjalani hidup. Kata Gitasav dalam bukunya Rentang Kisah, “Kita Cuma bisa mengendalikan diri sendiri untuk bisa meraih apa yang kita inginkan.” Memang benar adanya, kita hanya bisa mengendalikan diri sendiri untuk menlawan dunia. Menata hati agar tidak selalu emosi dan berpikiran positif serta selalu berintropeksi diri jauh lebih baik daripada menyalahkan orang lain.

Terimakasih kepada teman-teman atas doa dan harapan untuk diri ini. Semoga apa yang kalian semogakan akan tercapai dan semoga kalianpun begitu. Maafkan diri ini yang banyak salah, aku akan berusaha menjadi lebih baik lagi serta maaf tidak memberikan PU atau semacamnya. Haha.. Juga terimakasih kepada diri, telah bertahan dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Semoga engkau (diri) selalu sehat, istiqomah, bisa mengatur waktu dengan baik, selalu bermanfaat untuk orang lain dan jangan pernah merasa lemah sebab banyak orang disekitarmu yang bisa membantumu serta semoga bisa bertemu dengan orang-orang sholeh/sholehah yang bisa membimbingmu menjadi lebih baik lagi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pekan Lara

Begitulah jadinya. Pekan ini aku mempelajari banyak hal. Bahwa sesungguhnya kita harus merasakan kehilangan untuk tahu bagaimana rasanya memiliki. Harus merasakan sedih untuk tahu bahagia. Merasakan pahit untuk tahu manis. Untuk belajar lebih ikhlas mencintai apapun. Belajar bersyukur terhadap apa yang kita dapatkan sekarang.    Pertama. Jumat kemarin adalah hari yang menyakitkan bagiku. Bagaimana tidak, lelayu yang tersebar mengabarkan teman seperjuangan telah tiada. Begitu cepat, batinku. Maka ketika saat itu tiba tiada yang bisa menolak atau berpaling sedikitpun. Aku kembali diingatkan untuk selalu bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan olehNYA. Semoga engkau tenang disisiNYA. Kedua. Tiga teman seperjuangan harus pindah untuk merangkai cita-citanya di kota lain. aku bangga pada mereka, juga sedih karena harus berpisah. Ini adalah jalan yang diridhoiNYA, maka harus kita percayai. Asal tetap bisa berkomunikasi dan bertemu, tak masalah bagiku. Jalan berbeda, tapi tujua

Istirahat

Minggu ini mungkin adalah minggu yang menegangkan. Bagaimana tidak, setelah sebelumnya berkutat dengan materi-materi Ujian Tengah Semester (UTS) kini mahasiswa direpotkan dengan nilai Ujian Tengah Semester (UTS). Ada yang merasa puas dan ada juga yang merasa kurang. Entah kurang nilainya atau kurang dalam usahanya. Namun, sejauh ini aku pribadi menganggap bahwa Ujian Tengah Semester (UTS) adalah ajang melihat kemampuan diri. Kemampuan diri apakah kita tetap seperti dulu atau tidak, maksudnya adalah apakah kita tetap tidak jujur terhadap diri sendiri dan orang lain; melawan godaan. Apakah kita tetap menggunakan cara lama, dalam hal ini teknik menghafal materi atau memahami materi lalu kita kembangkan. Apakah kita sungguh-sungguh dalam mempersiapkan Ujian Tengah Semester (UTS). Dan kita bisa melihat mata kuliah apa yang harus kita beri perhatian lebih. Bisa saja dengan adanya Ujian Tengah Semester (UTS) atau ujian-ujian yang lain kita bisa mengetahui. “Oh, saya kurang dalam memaha